A. Pengertian pengukuran hasil belajar
Dalam perkembangan dunia saat ini begitu banyak pendapat para ahli tentang pengukuran. Namun, secara umum Pengukuran itu adalah suatu proses atau kegiatan untuk membandingkan objek dengan satuan ukuran tertentu. Seperti kita mengukur suhu badan seseorang dengan termometer atau mengukur jarak kota A dan kota B.
Sedangkan, pengukuran hasil belajar adalah suatu kegiatan atau proses untuk membandingkan atau menentukan kuantitas sesuatu dengan sesuatu lainnya. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis, dan lain-lain.Implikasinya adalah jika kita ingin mengukur hasil belajar murid, maka kita harus mempergunakan alat pengukur hasil belajar murid (dengan cara interview, observasi, pemberian tugas, ulangan atau ujian dengan mempergunakan tes atau non tes). Misalnya, Apabila seorang guru mengukur kemampuan siswa, pada hakekatnya dia sedang membandingkan kemampuan dengan satuan ukuran yang ia tetapkan, misalnya anak yang kemampuannya tinggi dibuat satuan ukuran, 8, 9, dan 10, yang kemampuanya sedang digunakan satuan ukuran 5, 6, dan 7.
Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan mengenai baik-buruknya, tidak menentukan siapa yang lulus dan tidak lulus.Pada dasarnya kegiatan mengukur ini lebih mengarah kepada kuantitatif.
Dengan demikian, pengukuran hasil belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan membandingkan suatu objek (hasil belajar) dengan skala ukuran yang ditetapkan oleh pengukur (misalnya skala 0-10 atau 0-100) untuk menggambarkan kuantitas hasil belajar (perubahan tingkah laku).
B. Alasan perlu dilakukan pengukuran hasil belajar
Terdapat beberapa alasan mengapa pengukuran hasil belajar perlu dilakukan. Karena pengukuran digunakan untuk mengukur, menggambarkan pengetahuan, ketrampilan dan pencapaian siswa atau sebagai dasar untuk mengambil keputusan.
Guru tidak dapat efektif jika tidak dapat mengukur secara akurat pencapaian siswanya. Mengukur secara akurat ini penting sebab guru tidak dapat membantu siswanya secara efektif jika tidak mengetahui pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasai siswanya dan pelajaran apa yang masih menjadi masalah bagi siswanya. Hal yang sama pentingnya adalah guru tidak dapat memperbaiki jika tidak memperoleh indikasi efektifitas dalam mengajar.
Dalam kegiatan penilaian, pengukuran mutlak dilakukan, hal ini dimaksudkan agar hasil penilaian akurat, objektif, dan komunikatif.
Pengukuran menjadi kompleks dan rumit bila kita dihadapkan pada pengukuran tentang kecepatan cahaya, ketinggian puncak gunung, daya penglihatan, kemampuan pendengaran, kecerdasan, kematangan, dan kepribadian seseorang.Alat ukur dan formulasinya sangat khusus dan hanya orang yang ahli di bidangnya yang bisa melakukannya. Dengan kata lain, tidak semua orang bisa melakukan pengukuran dalam semua bidang dengan baik. Demikian juga halnya dengan pengukuran dalam dunia pendidikan, yang pada umumnya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang ahli di bidang pendidikan.Kemampuan ini merupakan kemampuan profesional guru. Tanpa melakukan pengukuran, seorang guru tidak akan mengetahui kemajuan proses belajar mengajar yang dikelolanya.
Untuk itu pengukuran hasil belajar sangatlah diperlukan dalam bidang pendidikan. Jika tidak ada pengukuran hasil belajar maka dalam mengukur tingkat kemampuan atau kecerdasan siswa dalam kegiatan pengukuran dengan tes atau non tes, tentu saja akan mengalami banyak kesalahan. Karena sebelum melakukan penilaian , pengukuran harus dilakukan terlebih dahulu.
Disamping alasan tersebut, hal lain yang perlu dipertimbangkan terkait dengan alasan perlu dilakukan pengukuran pendidikan adalah :
1. Hasil penilaian berkait erat dengan nasib masing-masing siswa.
Keputusan terakhir yang dibuat guru sebagai tindaklanjut kegiatan penilaian sangat berpengaruh terhadap nasib siswa, sehingga kegiatan ini harus didahului oleh kegiatan pengukuran.Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan.
2. Hasil penilaian/pengukuran berfungsi sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru.
Informasi tentang keberhasilan dan kegagalan siswa yang akurat sangat berguna, baik siswa maupun guru untuk mengoreksi diri sendiri.Bagi siswa, nilai yang baik dari hasil kerja atau hasil belajar dapat membanggakan mereka yang pada gilirannya dapat memotivasi belajar.Sebaliknya, nilai yang jelek dapat mematahkan semangat belajar mereka.Oleh karena itu, pemberian nilai harus tepat agar tidak terjadi siswa patah semangat hanya karena kesalahan penilaian.
Informasi yang baik tentang hasil belajar siswa berguna bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mengajar.Apabila setiap penilaian diperoleh nilai baik karena kesalahan penilaian, maka dapat dipastikan bahwa informasi semacam itu tidak dapat memotivasi guru dalam meningkatkan kemampuan.Sangat mungkin guru merasa dirinya telah berhasil dalam membelajarkan siswa. Sebaliknya nilai rat-rata siswa yang kurang baik, baik guru yang peka dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran, akan menjadi bahan untuk memacu dirinya meningkatkan kualitas diri.
3. Hasil penilaian/pengukuran berfungsi sebagai dasar perbaikan program pembelajaran.
Informasi yang tepat tentang hasil penilaian dapat digunakan untuk memperbaiki program pembelajaran.Baik program jangka pendek (rencana pelajaran) maupun program jangka panjang (program semester).Pada dasarnya,hanya data penilaian yang diperoleh dengan menggunakan penialaian acuan patokan (PAP) yang dapat digunakan sebagai dasar perbaikan program. Sedangkan hasil penilaian yang diperoleh dengan dasar penilaian acuan norma (PAN) tidak dapat digunakan sesuai kemampuan kelompok siswa.
4. Hasil penilaian/pengukuran dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis soal.
Soal yang baik (khusunya soal buatan guru) adalah sekelompok pertanyaan yang dibuat secara cermat dan dapat diandalkan untuk mengukur hasil belajar siswa. Soal semacam ini biasanya telah dianalisis kecermatan bahasanya, tingkat kesukaran, daya beda, reliabilitas, dan validitasnya. Dengan demikian, soal yang baik bukan soal yang sekali pakai kemudian dibuang atau tidak digunakan lagi, melainkan soal yang sering digunakan dan dianilisis, sehingga kebaikanya telah terbukti.
C. Pelaksanaan pengukuran hasil belajar
Pelaksanaan pengukuran hasil belajar bergantung pada hasil belajar/kemampuan apa yang akan diukur. Apabila yang diukur hasil belajar kognitif, maka pengukuran akan dilakukan dengan mengetes atau menguji siswa. Apabila yang diukur hasil belajar bidang sikap, maka pengukuran dilakukan dengan menggunakan teknik nontes.Sedangkan dalam bidang psikomotor diukur dengan tes perbuatan dan nontes.Dengan demikian, ditinjau dari alat ukurnya, maka pengukuran hasil belajar dapat dipilih menjadi teknik tes dan nontes.
.Pada pelaksanaan pengukuran ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
1. Pada permulaan pembelajaran
Untuk merencanakan pembelajaran yang efektif kita harus mempertimbangakan kemampuan dan karakteristik siswa.Informasi ini dapat diperoleh dari tes pencapaian. Dengan cara menginformasikan waktu dan perihal bahan ajar yang akan diujikan serta menginformasikan tata tertib pelaksanaan ujian. Selain itu informasi yang diperoleh adalah penguasaan materi. Hal lain yang dapat disaring dari tes pencapaian ini adalah mengukur pengetahuan siswa mengenai materi yang telah diajarkan.
2. Selama proses pembelajaran.
Tes yang diberikan selama pembelajaran digunakan untuk menentukan bagaimana kemajuan pembelajaran.Informasi ini kemudian dapat digunakan untuk memodifikasi pembelajaran langsung dan belajar.Dan hal ini digunakan sebagai evaluasi formative. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran yaitu ;
1. Menciptakan suasana ujian yang menyenangkan, sehingga siswa dapat bekerja dengan baik, tidak tegang dan takut.
2. Mengatur tempat duduk sedemikian rupa sehingga siswa tidak saling membantu atau mencontoh agar hasil tidak bias.
3. Melakukan pengawasan sebaik-baiknya.
4. Ujian dimulai dan diakhiri tepat pada waktunya.
3. Pada akhir pembelajaran
Tes ini akan mengukur seberapa bagus materi telah dipelajari dengan membandingkan satu siswa dengan siswa lain atau dengan beberapa profisiensi standar. Untuk guru pengukuran ini digunakan sebagi evaluasi sumatif.Dimana guru harus melakukan pelakasanaan pengukuran yaitu:
1. Mengoreksi semua pekerjaan siswa.
2. Pekerjaan siswa yang telah dikoreksi harus dikembalikan
3. Guru dan siswa harus membahas jawaban soal yang telah dikoreksi.
Biasanya evaluasi ini digunakan sebagai dasar penentuan tingkatan ( grade).
D. Teknik koreksi
Agar hasil pengukuran benar, maka koreksi harus dilakukan secara cermat, objektif, dan adil.Ada beberapa tahapan penerapan teknik koreksi didalam kelas, seperti teknik koreksi dalam presentasi, teknik koreksi untuk tes objektif dan teknik koreksi untuk tes uraian.
Ø Teknik koreksi dalam presentasi :
1. Persiapan. Pada tahap ini siswa diminta menentukan satu topik yang terkait dengan pengalaman pribadi dan menuangkannya dalam bentuk peta pikiran.
2. Penyusunan.Pada tahap ini siswa mengeksplorasi dan mengembangkan gagasan berdasarkan peta pikiran yang telah dibuatnya.
3. Berbagi. Selanjutnya siswa berpasangan dengan teman lain dan saling bertukar tugas yang telah dibuat kemudian saling mengoreksi.
4. Perbaikan. Setelah mendapatkan masukan/koreksi dari teman, siswa segera melakukan perbaikan.
5. Penyuntingan. Pada tahap ini siswa melakukan pengecekan tanda baca, salah tulis, dan kesalahan kecil lainnya dengan bimbingan guru.
6. Presentasi. Setelah dipastikan tidak ada kesalahan lagi, siswa mempresentasikan karya tulisnya di depan kelas.
Dalam menentukan urutan presentasi, guru melakukan pengundian dengan cara permainan sehingga suasana belajar menjadi lebih dinamis dan menyenangkan bagi siswa. Setelah semua siswa mempresentasikan karya tulisnya, guru memberikan refleksi/umpan balik pembelajaran.
Ø Teknik koreksi untuk tes objektif :
1. Ganti nama siswa yang tercantum dalam lembar jawaban dengan kode tertentu (misalnya dengan angka atau huruf).
2. Apabila jawaban seragam (dalam bentuk soal yang sama), misalnya pilihan ganda semua, gunakan transparansi untuk mengoreksi dan jangan menggunakan kertas yang dilubangi agar jawaban yang meragukan atau lebih dari satu pilihan dapat diketahui.
3. Untuk jenis soal lain, misalnya benar salah, jawaban pendek, dan memasangkan yang harus diperhatikan adalah kepastian kunci jawaban.
Ø Teknik koreksi untuk tes uraian :
1. Ganti nama siswa yang tercantum dalam lembar jawaban dengan kode tertentu (misalnya angka atau huruf).
2. Persiapkan kunci jawaban ( dapat berupa konsep, kata-kata kunci,generalisasi, dan sebagainya).
3. Lakukan koreksi dengan membaca satu nomor untuk seluruh siswa. Selesaikan nomor pertama untuk seluruh siswa, kemudian nomor berikutnya agar pemberian skor adil.
4. Baca semua pekerjaan siswa, jangan hanya yang tulisannya baik.
5. Beri skor pada masing-masing nomor yang telah dikoreksi.
E. Penyekoran
Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasiltes pekerjaan siswa dan mahasiswa. Dengan kata lain, pemberian skor itu merupakan tindakan kuantitatif terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh tester dalam suatu tes hasil belajar. Angka-angka hasil penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka, seperti angka dengan rentangan 0-10, 0-100 atau 0-4 dan ada pula yang dengan huruf A, B, C, D dan E.
Hal ini bergantung pada alat ukur yang digunakan. Penyekoran untuk tes dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Tes objektif.
Untuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban yang benar diberi skor (1) dan setiap jawaban yang salah diberi skor (0). Untuk soal-soal non objektif (essai ) dalam penskoran biasanya digunakan cara pemberian bobot kepada setiap soal menurut tingkat kesukaranya atau banyak sedikitnya unsur tingkat kesukarannya. Dalam tes objektif ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk tes ini, yakni :
1. Penyekoran tanpa denda :
Apabila ada 100 soal dan siswa tertentu menjawab benar sebanyak 80, maka angka 80 adalah skor mereka. Soal jawaban singkat dan memasangkan biasa menggunakan cara ini.
Contoh soal :
Kelompok A Kelompok B
1. 
Infiltrasi a. pergerakan aliran air diatas
Infiltrasi a. pergerakan aliran air diatas
permukaan tanah
2. Eunoff b. perembasan atau pergerakan air ke dalam tanah
3. 
Perkolosi c. peregrakan air ke dalam tanah
Perkolosi c. peregrakan air ke dalam tanah
secara horizontal
4. 
Transpirasi d. proses gabungan evaporasi
Transpirasi d. proses gabungan evaporasi
dan transpirasi
5. Evapotranspirasi e. proses pelepasan uap air dari tumbuhan melalui somata atau mulut daun
Cara mengolah skor tipe tes menjodohkan
Rumus untuk mencari skor dalam tes tipe menjodohkan adalah :
SK = B
Dengan ketentuan :
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
Jadi yang dihitung adalah hanya jawaban yang benar saja, sedangkan jawaban yang salah tidak mempengaruhi skor.
2. Skor dengan denda :
Skor = ∑B - 
Dalam hal ini O adalah opsi (pilihan)
Dengan demikian, apabila ada 100 soal pilihan ganda dan opsi sebanyak 5 (a, b, c, d, e ) maka siswa yang menjawab benar 80 akan mendapat skor :
S-80-
=75
Dan untuk soal yang benar salah opsinya 2 ( B dan S ), maka dapat dihitung dengan cara :
Skor :∑𝐁-∑𝐒
Untuk contoh tersebut S = 80-20
= 60
Contoh soal :
Pilihlah jawaban yang tepat dibawah ini!
Pilihlah jawaban yang tepat dibawah ini!
1. Lingkaran peredaran air di bumi yang mempunyai jumlah tetap dan senantiasa bergerak disebut ….
a. siklus hidrosfer
b. siklus hidrografi
c. siklus hidrologi
d. siklus hydrogen
a. siklus hidrosfer
b. siklus hidrografi
c. siklus hidrologi
d. siklus hydrogen
2. Penguapan terjadi di permukaan laut, kemudian terbentuk awan dan akhirnya terjadilah hujan di kawasan laut disebut ….
a. siklus pendek
b. siklus sedang
c. siklus panjang
d. siklus tinggi
a. siklus pendek
b. siklus sedang
c. siklus panjang
d. siklus tinggi
3. Penguapan air ke atmosfer melalui tumbuh tumbuhan merupakan bagian dari siklus hidrologi. Penguapan ini disebut ….
a. transpirasi
b. evaporasi
c. kondensasi
d. presipitasi
a. transpirasi
b. evaporasi
c. kondensasi
d. presipitasi
4. Sungai yang sumber mata airnya berasal dari pencairan salju disebut ….
a. sungai hujan
b. sungai dingin
c. sungai gletser
d. sungai campuran
a. sungai hujan
b. sungai dingin
c. sungai gletser
d. sungai campuran
5. Merupakan daerah yang selalu tergenang air, baik air tawar maupun air laut, becek dan berlumpur disebut ….
a. waduk
b. danau
c. dolina
d. rawa-rawa
a. waduk
b. danau
c. dolina
d. rawa-rawa
2. Tes uraian (tes essay)
Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan, apakah tes objektif atau tes essay. Untuk soal-soal essay dalam penskorannya biasanya digunakan cara memberi bobot kepada setiap soal menurut tingkat kesulitannya atau banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling baik. Misalnya untuk soal nomor 1 diberi skor maksimum 4, untuk soal nomor 3 diberi skor maksimum 6, untuk soal nomor 5 skor maksimum 10, dan seterusnya.Penyekoran untuk tes semacam ini dapat dilakukan dengan pemberian angka pada masing-masing jawaban dengan skala 0-4 atau 0-10 atau 0-100.
Di lembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak pengajaran yang melakukan penskoran soal-soal essay, tanpa pembobotan. Setiap soal diberi skor yang sama meskipun sebenarnya tingkat kesukaran soal-soal dalam tes yang disusunnya itu tidak sama.Lebih memprihatinkan lagi, terutama dalam penilaian soal-soal essay, proses penskoran dan penilaian biasanya tidak dibedakan satu sama lain, pekerjaan siswa dan mahasiswa langsung diberi nilai, jadi bukan diskor terlebih dahulu. Oleh karena itu, hal ini sering kali menimbulkan terjadinya halo effect yang berarti dalam penilaiannya itu diikut sertakan pula unsur-unsur yang irelevan seperti kerapian dan ketidak rapian tulisan, gaya bahasa, atau panjang pendeknya jawaban sehingga cenderung menghasilkan penilaian yang kurang andal. Hasil penilaian menjadi kurang objektif. Jika tes yang dibentuk soal-soal essay tersebut dinilai oleh lebih dari satu orang. Sering kali terjadi perbedaan-perbedaan diantara penilai, bahkan juga hasil penilaian sering kali berbeda terhadap jawaban-jawaban yang sama dari soal tertentu, kesalahan seperti ini tidak akan selalu terjadi jika dalam pelaksanaanya diadakan pemisahan antara proses penskoran dan penilaian.
Contoh soal:
1. apa yang menyebabkan sehingga terjadinya siklus air (hidrologi)?
2. Apakah perbedaan antara evaporasi dan transpirasi?
3. Apa perbedaan antara air tanah preatis dan air tanah artetis? Jelaskan!
Pedoman penilaian
No
|
Kunci jawaban
|
Skor
| |
1
|
Siklus air terjadinya disebabkan oleh adanya proses-proses yang mengikuti gejala meteorologist danklimatologis
|
20
| |
2
|
a. Evaporasi yaitu:
penguapan benda-
benda abiotik dan
merupakan proses
perubahan wujud air
menjadi gas.
b. Transpirasi yaitu :
prose pelepasan uap air
dari tumbuhan-
tumbuhan melalui
stomata atau mulut daun
|
30
| |
3
|
a. Air tanah preatis adalah
air tanah yang berada
pada lapisan tanah yang
tidak begitu dalam dan
bisa mencapai 3-5 m,
bisa terdapat sumber air
tapi mudah kering
karena perembesan.
b. Air tanah artetis adalah
air tanah yang berada
pada lapisan tanah
bagian dalam diantara
2 lapisan batuan yang
kedap air yang
letaknya jauh didalam
tanah
Letak perbedaanya dilihat dari kedalamannya, airnya mudah kering dan tidak mudah kering, banyak sedikitnya air.
|
50
| |
Skor maksimum
|
100
| ||
3. Teknik nontes
Penyekoran untuk nontes tidak tersedia rumus tertentu,melainkan bergantung pada penghargaan (sebut pemberian skor) terhadap masing-masing variable yang diukur. Dengan demikian, penyekoran untuk nontes sering lebih rumit dan memerlukan kecermatan agar kesimpulan yang diperoleh akurat.
Contohnhya : tes lisan
D. Kesimpulan
Pengukuran itu adalah suatu proses atau kegiatan untuk membandingkan objek dengan satuan ukuran tertentu.Sedangkan, pengukuran hasil belajar adalah suatu kegiatan atau proses untuk membandingkan atau menentukan kuantitas sesuatu dengan sesuatu lainnya. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis, dan lain-lain.Untuk itu pengukuran hasil belajar sangatlah diperlukan dalam bidang pendidikan. Jika tidak ada pengukuran hasil belajar maka dalam mA. Pengertian pengukuran hasil belajar
Dalam perkembangan dunia saat ini begitu banyak pendapat para ahli tentang pengukuran. Namun, secara umum Pengukuran itu adalah suatu proses atau kegiatan untuk membandingkan objek dengan satuan ukuran tertentu. Seperti kita mengukur suhu badan seseorang dengan termometer atau mengukur jarak kota A dan kota B.
Sedangkan, pengukuran hasil belajar adalah suatu kegiatan atau proses untuk membandingkan atau menentukan kuantitas sesuatu dengan sesuatu lainnya. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis, dan lain-lain.Implikasinya adalah jika kita ingin mengukur hasil belajar murid, maka kita harus mempergunakan alat pengukur hasil belajar murid (dengan cara interview, observasi, pemberian tugas, ulangan atau ujian dengan mempergunakan tes atau non tes). Misalnya, Apabila seorang guru mengukur kemampuan siswa, pada hakekatnya dia sedang membandingkan kemampuan dengan satuan ukuran yang ia tetapkan, misalnya anak yang kemampuannya tinggi dibuat satuan ukuran, 8, 9, dan 10, yang kemampuanya sedang digunakan satuan ukuran 5, 6, dan 7.
Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan mengenai baik-buruknya, tidak menentukan siapa yang lulus dan tidak lulus.Pada dasarnya kegiatan mengukur ini lebih mengarah kepada kuantitatif.
Dengan demikian, pengukuran hasil belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan membandingkan suatu objek (hasil belajar) dengan skala ukuran yang ditetapkan oleh pengukur (misalnya skala 0-10 atau 0-100) untuk menggambarkan kuantitas hasil belajar (perubahan tingkah laku).
B. Alasan perlu dilakukan pengukuran hasil belajar
Terdapat beberapa alasan mengapa pengukuran hasil belajar perlu dilakukan. Karena pengukuran digunakan untuk mengukur, menggambarkan pengetahuan, ketrampilan dan pencapaian siswa atau sebagai dasar untuk mengambil keputusan.
Guru tidak dapat efektif jika tidak dapat mengukur secara akurat pencapaian siswanya. Mengukur secara akurat ini penting sebab guru tidak dapat membantu siswanya secara efektif jika tidak mengetahui pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasai siswanya dan pelajaran apa yang masih menjadi masalah bagi siswanya. Hal yang sama pentingnya adalah guru tidak dapat memperbaiki jika tidak memperoleh indikasi efektifitas dalam mengajar.
Dalam kegiatan penilaian, pengukuran mutlak dilakukan, hal ini dimaksudkan agar hasil penilaian akurat, objektif, dan komunikatif.
Pengukuran menjadi kompleks dan rumit bila kita dihadapkan pada pengukuran tentang kecepatan cahaya, ketinggian puncak gunung, daya penglihatan, kemampuan pendengaran, kecerdasan, kematangan, dan kepribadian seseorang.Alat ukur dan formulasinya sangat khusus dan hanya orang yang ahli di bidangnya yang bisa melakukannya. Dengan kata lain, tidak semua orang bisa melakukan pengukuran dalam semua bidang dengan baik. Demikian juga halnya dengan pengukuran dalam dunia pendidikan, yang pada umumnya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang ahli di bidang pendidikan.Kemampuan ini merupakan kemampuan profesional guru. Tanpa melakukan pengukuran, seorang guru tidak akan mengetahui kemajuan proses belajar mengajar yang dikelolanya.
Untuk itu pengukuran hasil belajar sangatlah diperlukan dalam bidang pendidikan. Jika tidak ada pengukuran hasil belajar maka dalam mengukur tingkat kemampuan atau kecerdasan siswa dalam kegiatan pengukuran dengan tes atau non tes, tentu saja akan mengalami banyak kesalahan. Karena sebelum melakukan penilaian , pengukuran harus dilakukan terlebih dahulu.
Disamping alasan tersebut, hal lain yang perlu dipertimbangkan terkait dengan alasan perlu dilakukan pengukuran pendidikan adalah :
1. Hasil penilaian berkait erat dengan nasib masing-masing siswa.
Keputusan terakhir yang dibuat guru sebagai tindaklanjut kegiatan penilaian sangat berpengaruh terhadap nasib siswa, sehingga kegiatan ini harus didahului oleh kegiatan pengukuran.Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan.
2. Hasil penilaian/pengukuran berfungsi sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru.
Informasi tentang keberhasilan dan kegagalan siswa yang akurat sangat berguna, baik siswa maupun guru untuk mengoreksi diri sendiri.Bagi siswa, nilai yang baik dari hasil kerja atau hasil belajar dapat membanggakan mereka yang pada gilirannya dapat memotivasi belajar.Sebaliknya, nilai yang jelek dapat mematahkan semangat belajar mereka.Oleh karena itu, pemberian nilai harus tepat agar tidak terjadi siswa patah semangat hanya karena kesalahan penilaian.
Informasi yang baik tentang hasil belajar siswa berguna bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mengajar.Apabila setiap penilaian diperoleh nilai baik karena kesalahan penilaian, maka dapat dipastikan bahwa informasi semacam itu tidak dapat memotivasi guru dalam meningkatkan kemampuan.Sangat mungkin guru merasa dirinya telah berhasil dalam membelajarkan siswa. Sebaliknya nilai rat-rata siswa yang kurang baik, baik guru yang peka dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran, akan menjadi bahan untuk memacu dirinya meningkatkan kualitas diri.
3. Hasil penilaian/pengukuran berfungsi sebagai dasar perbaikan program pembelajaran.
Informasi yang tepat tentang hasil penilaian dapat digunakan untuk memperbaiki program pembelajaran.Baik program jangka pendek (rencana pelajaran) maupun program jangka panjang (program semester).Pada dasarnya,hanya data penilaian yang diperoleh dengan menggunakan penialaian acuan patokan (PAP) yang dapat digunakan sebagai dasar perbaikan program. Sedangkan hasil penilaian yang diperoleh dengan dasar penilaian acuan norma (PAN) tidak dapat digunakan sesuai kemampuan kelompok siswa.
4. Hasil penilaian/pengukuran dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis soal.
Soal yang baik (khusunya soal buatan guru) adalah sekelompok pertanyaan yang dibuat secara cermat dan dapat diandalkan untuk mengukur hasil belajar siswa. Soal semacam ini biasanya telah dianalisis kecermatan bahasanya, tingkat kesukaran, daya beda, reliabilitas, dan validitasnya. Dengan demikian, soal yang baik bukan soal yang sekali pakai kemudian dibuang atau tidak digunakan lagi, melainkan soal yang sering digunakan dan dianilisis, sehingga kebaikanya telah terbukti.
C. Pelaksanaan pengukuran hasil belajar
Pelaksanaan pengukuran hasil belajar bergantung pada hasil belajar/kemampuan apa yang akan diukur. Apabila yang diukur hasil belajar kognitif, maka pengukuran akan dilakukan dengan mengetes atau menguji siswa. Apabila yang diukur hasil belajar bidang sikap, maka pengukuran dilakukan dengan menggunakan teknik nontes.Sedangkan dalam bidang psikomotor diukur dengan tes perbuatan dan nontes.Dengan demikian, ditinjau dari alat ukurnya, maka pengukuran hasil belajar dapat dipilih menjadi teknik tes dan nontes.
.Pada pelaksanaan pengukuran ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
1. Pada permulaan pembelajaran
Untuk merencanakan pembelajaran yang efektif kita harus mempertimbangakan kemampuan dan karakteristik siswa.Informasi ini dapat diperoleh dari tes pencapaian. Dengan cara menginformasikan waktu dan perihal bahan ajar yang akan diujikan serta menginformasikan tata tertib pelaksanaan ujian. Selain itu informasi yang diperoleh adalah penguasaan materi. Hal lain yang dapat disaring dari tes pencapaian ini adalah mengukur pengetahuan siswa mengenai materi yang telah diajarkan.
2. Selama proses pembelajaran.
Tes yang diberikan selama pembelajaran digunakan untuk menentukan bagaimana kemajuan pembelajaran.Informasi ini kemudian dapat digunakan untuk memodifikasi pembelajaran langsung dan belajar.Dan hal ini digunakan sebagai evaluasi formative. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran yaitu ;
1. Menciptakan suasana ujian yang menyenangkan, sehingga siswa dapat bekerja dengan baik, tidak tegang dan takut.
2. Mengatur tempat duduk sedemikian rupa sehingga siswa tidak saling membantu atau mencontoh agar hasil tidak bias.
3. Melakukan pengawasan sebaik-baiknya.
4. Ujian dimulai dan diakhiri tepat pada waktunya.
3. Pada akhir pembelajaran
Tes ini akan mengukur seberapa bagus materi telah dipelajari dengan membandingkan satu siswa dengan siswa lain atau dengan beberapa profisiensi standar. Untuk guru pengukuran ini digunakan sebagi evaluasi sumatif.Dimana guru harus melakukan pelakasanaan pengukuran yaitu:
1. Mengoreksi semua pekerjaan siswa.
2. Pekerjaan siswa yang telah dikoreksi harus dikembalikan
3. Guru dan siswa harus membahas jawaban soal yang telah dikoreksi.
Biasanya evaluasi ini digunakan sebagai dasar penentuan tingkatan ( grade).
D. Teknik koreksi
Agar hasil pengukuran benar, maka koreksi harus dilakukan secara cermat, objektif, dan adil.Ada beberapa tahapan penerapan teknik koreksi didalam kelas, seperti teknik koreksi dalam presentasi, teknik koreksi untuk tes objektif dan teknik koreksi untuk tes uraian.
Ø Teknik koreksi dalam presentasi :
1. Persiapan. Pada tahap ini siswa diminta menentukan satu topik yang terkait dengan pengalaman pribadi dan menuangkannya dalam bentuk peta pikiran.
2. Penyusunan.Pada tahap ini siswa mengeksplorasi dan mengembangkan gagasan berdasarkan peta pikiran yang telah dibuatnya.
3. Berbagi. Selanjutnya siswa berpasangan dengan teman lain dan saling bertukar tugas yang telah dibuat kemudian saling mengoreksi.
4. Perbaikan. Setelah mendapatkan masukan/koreksi dari teman, siswa segera melakukan perbaikan.
5. Penyuntingan. Pada tahap ini siswa melakukan pengecekan tanda baca, salah tulis, dan kesalahan kecil lainnya dengan bimbingan guru.
6. Presentasi. Setelah dipastikan tidak ada kesalahan lagi, siswa mempresentasikan karya tulisnya di depan kelas.
Dalam menentukan urutan presentasi, guru melakukan pengundian dengan cara permainan sehingga suasana belajar menjadi lebih dinamis dan menyenangkan bagi siswa. Setelah semua siswa mempresentasikan karya tulisnya, guru memberikan refleksi/umpan balik pembelajaran.
Ø Teknik koreksi untuk tes objektif :
1. Ganti nama siswa yang tercantum dalam lembar jawaban dengan kode tertentu (misalnya dengan angka atau huruf).
2. Apabila jawaban seragam (dalam bentuk soal yang sama), misalnya pilihan ganda semua, gunakan transparansi untuk mengoreksi dan jangan menggunakan kertas yang dilubangi agar jawaban yang meragukan atau lebih dari satu pilihan dapat diketahui.
3. Untuk jenis soal lain, misalnya benar salah, jawaban pendek, dan memasangkan yang harus diperhatikan adalah kepastian kunci jawaban.
Ø Teknik koreksi untuk tes uraian :
1. Ganti nama siswa yang tercantum dalam lembar jawaban dengan kode tertentu (misalnya angka atau huruf).
2. Persiapkan kunci jawaban ( dapat berupa konsep, kata-kata kunci,generalisasi, dan sebagainya).
3. Lakukan koreksi dengan membaca satu nomor untuk seluruh siswa. Selesaikan nomor pertama untuk seluruh siswa, kemudian nomor berikutnya agar pemberian skor adil.
4. Baca semua pekerjaan siswa, jangan hanya yang tulisannya baik.
5. Beri skor pada masing-masing nomor yang telah dikoreksi.
E. Penyekoran
Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasiltes pekerjaan siswa dan mahasiswa. Dengan kata lain, pemberian skor itu merupakan tindakan kuantitatif terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh tester dalam suatu tes hasil belajar. Angka-angka hasil penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka, seperti angka dengan rentangan 0-10, 0-100 atau 0-4 dan ada pula yang dengan huruf A, B, C, D dan E.
Hal ini bergantung pada alat ukur yang digunakan. Penyekoran untuk tes dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Tes objektif.
Untuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban yang benar diberi skor (1) dan setiap jawaban yang salah diberi skor (0). Untuk soal-soal non objektif (essai ) dalam penskoran biasanya digunakan cara pemberian bobot kepada setiap soal menurut tingkat kesukaranya atau banyak sedikitnya unsur tingkat kesukarannya. Dalam tes objektif ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk tes ini, yakni :
1. Penyekoran tanpa denda :
Apabila ada 100 soal dan siswa tertentu menjawab benar sebanyak 80, maka angka 80 adalah skor mereka. Soal jawaban singkat dan memasangkan biasa menggunakan cara ini.
Contoh soal :
Kelompok A Kelompok B
1. Infiltrasi a. pergerakan aliran air diatas
Infiltrasi a. pergerakan aliran air diatas
permukaan tanah
2. Eunoff b. perembasan atau pergerakan air ke dalam tanah
3. Perkolosi c. peregrakan air ke dalam tanah
Perkolosi c. peregrakan air ke dalam tanah
secara horizontal
4. Transpirasi d. proses gabungan evaporasi
Transpirasi d. proses gabungan evaporasi
dan transpirasi
5. Evapotranspirasi e. proses pelepasan uap air dari tumbuhan melalui somata atau mulut daun
Cara mengolah skor tipe tes menjodohkan
Rumus untuk mencari skor dalam tes tipe menjodohkan adalah :
SK = B
Dengan ketentuan :
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
Jadi yang dihitung adalah hanya jawaban yang benar saja, sedangkan jawaban yang salah tidak mempengaruhi skor.
2. Skor dengan denda :
Skor = ∑B -
Dalam hal ini O adalah opsi (pilihan)
Dengan demikian, apabila ada 100 soal pilihan ganda dan opsi sebanyak 5 (a, b, c, d, e ) maka siswa yang menjawab benar 80 akan mendapat skor :
S-80-
=75
Dan untuk soal yang benar salah opsinya 2 ( B dan S ), maka dapat dihitung dengan cara :
Skor :∑𝐁-∑𝐒
Untuk contoh tersebut S = 80-20
= 60
Contoh soal :
Pilihlah jawaban yang tepat dibawah ini!
Pilihlah jawaban yang tepat dibawah ini!
1. Lingkaran peredaran air di bumi yang mempunyai jumlah tetap dan senantiasa bergerak disebut ….
a. siklus hidrosfer
b. siklus hidrografi
c. siklus hidrologi
d. siklus hydrogen
a. siklus hidrosfer
b. siklus hidrografi
c. siklus hidrologi
d. siklus hydrogen
2. Penguapan terjadi di permukaan laut, kemudian terbentuk awan dan akhirnya terjadilah hujan di kawasan laut disebut ….
a. siklus pendek
b. siklus sedang
c. siklus panjang
d. siklus tinggi
a. siklus pendek
b. siklus sedang
c. siklus panjang
d. siklus tinggi
3. Penguapan air ke atmosfer melalui tumbuh tumbuhan merupakan bagian dari siklus hidrologi. Penguapan ini disebut ….
a. transpirasi
b. evaporasi
c. kondensasi
d. presipitasi
a. transpirasi
b. evaporasi
c. kondensasi
d. presipitasi
4. Sungai yang sumber mata airnya berasal dari pencairan salju disebut ….
a. sungai hujan
b. sungai dingin
c. sungai gletser
d. sungai campuran
a. sungai hujan
b. sungai dingin
c. sungai gletser
d. sungai campuran
5. Merupakan daerah yang selalu tergenang air, baik air tawar maupun air laut, becek dan berlumpur disebut ….
a. waduk
b. danau
c. dolina
d. rawa-rawa
a. waduk
b. danau
c. dolina
d. rawa-rawa
2. Tes uraian (tes essay)
Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan, apakah tes objektif atau tes essay. Untuk soal-soal essay dalam penskorannya biasanya digunakan cara memberi bobot kepada setiap soal menurut tingkat kesulitannya atau banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling baik. Misalnya untuk soal nomor 1 diberi skor maksimum 4, untuk soal nomor 3 diberi skor maksimum 6, untuk soal nomor 5 skor maksimum 10, dan seterusnya.Penyekoran untuk tes semacam ini dapat dilakukan dengan pemberian angka pada masing-masing jawaban dengan skala 0-4 atau 0-10 atau 0-100.
Di lembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak pengajaran yang melakukan penskoran soal-soal essay, tanpa pembobotan. Setiap soal diberi skor yang sama meskipun sebenarnya tingkat kesukaran soal-soal dalam tes yang disusunnya itu tidak sama.Lebih memprihatinkan lagi, terutama dalam penilaian soal-soal essay, proses penskoran dan penilaian biasanya tidak dibedakan satu sama lain, pekerjaan siswa dan mahasiswa langsung diberi nilai, jadi bukan diskor terlebih dahulu. Oleh karena itu, hal ini sering kali menimbulkan terjadinya halo effect yang berarti dalam penilaiannya itu diikut sertakan pula unsur-unsur yang irelevan seperti kerapian dan ketidak rapian tulisan, gaya bahasa, atau panjang pendeknya jawaban sehingga cenderung menghasilkan penilaian yang kurang andal. Hasil penilaian menjadi kurang objektif. Jika tes yang dibentuk soal-soal essay tersebut dinilai oleh lebih dari satu orang. Sering kali terjadi perbedaan-perbedaan diantara penilai, bahkan juga hasil penilaian sering kali berbeda terhadap jawaban-jawaban yang sama dari soal tertentu, kesalahan seperti ini tidak akan selalu terjadi jika dalam pelaksanaanya diadakan pemisahan antara proses penskoran dan penilaian.
Contoh soal:
1. apa yang menyebabkan sehingga terjadinya siklus air (hidrologi)?
2. Apakah perbedaan antara evaporasi dan transpirasi?
3. Apa perbedaan antara air tanah preatis dan air tanah artetis? Jelaskan!
Pedoman penilaian
No
|
Kunci jawaban
|
Skor
| |
1
|
Siklus air terjadinya disebabkan oleh adanya proses-proses yang mengikuti gejala meteorologist danklimatologis
|
20
| |
2
|
a. Evaporasi yaitu:
penguapan benda-
benda abiotik dan
merupakan proses
perubahan wujud air
menjadi gas.
b. Transpirasi yaitu :
prose pelepasan uap air
dari tumbuhan-
tumbuhan melalui
stomata atau mulut daun
|
30
| |
3
|
a. Air tanah preatis adalah
air tanah yang berada
pada lapisan tanah yang
tidak begitu dalam dan
bisa mencapai 3-5 m,
bisa terdapat sumber air
tapi mudah kering
karena perembesan.
b. Air tanah artetis adalah
air tanah yang berada
pada lapisan tanah
bagian dalam diantara
2 lapisan batuan yang
kedap air yang
letaknya jauh didalam
tanah
Letak perbedaanya dilihat dari kedalamannya, airnya mudah kering dan tidak mudah kering, banyak sedikitnya air.
|
50
| |
Skor maksimum
|
100
| ||
3. Teknik nontes
Penyekoran untuk nontes tidak tersedia rumus tertentu,melainkan bergantung pada penghargaan (sebut pemberian skor) terhadap masing-masing variable yang diukur. Dengan demikian, penyekoran untuk nontes sering lebih rumit dan memerlukan kecermatan agar kesimpulan yang diperoleh akurat.
Contohnhya : tes lisan
D. Kesimpulan
Pengukuran itu adalah suatu proses atau kegiatan untuk membandingkan objek dengan satuan ukuran tertentu.Sedangkan, pengukuran hasil belajar adalah suatu kegiatan atau proses untuk membandingkan atau menentukan kuantitas sesuatu dengan sesuatu lainnya. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis, dan lain-lain.Untuk itu pengukuran hasil belajar sangatlah diperlukan dalam bidang pendidikan. Jika tidak ada pengukuran hasil belajar maka dalam mengukur tingkat kemampuan atau kecerdasan siswa dalam kegiatan pengukuran dengan tes atau non tes, tentu saja akan mengalami banyak kesalahan. Terlebih lagi dalam pelaksanaan pengukuran hasil belajar bergantung pada hasil belajar/kemampuan apa yang akan diukur.
Agar hasil pengukuran benar, maka koreksi harus dilakukan secara cermat, objektif, dan adil.Penskoran juga merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan siswa dan mahasiswa. Dengan kata lain, pemberian skor itu merupakan tindakan kuantitatif terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh tester dalam suatu tes hasil belajar.
Mengukur tingkat kemampuan atau kecerdasan siswa dalam kegiatan pengukuran dengan tes atau non tes, tentu saja akan mengalami banyak kesalahan. Terlebih lagi dalam pelaksanaan pengukuran hasil belajar bergantung pada hasil belajar/kemampuan apa yang akan diukur.
Agar hasil pengukuran benar, maka koreksi harus dilakukan secara cermat, objektif, dan adil.Penskoran juga merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan siswa dan mahasiswa. Dengan kata lain, pemberian skor itu merupakan tindakan kuantitatif terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh tester dalam suatu tes hasil belajar
